background
anda disini: HOME > NEWS > Keterampilan Pada Anak Retardasi Mental

Keterampilan Pada Anak Retardasi Mental

DR. Dr. Suzy Yusna Dewi, SpKJ(K)

Psikiater Anak

Suzyusna_dewi@yahoo.com

Banyak pertanyaan dari orangtua , mengenai kemajuan anaknya . Apalagi jika anaknya dengan Autisme . Pertanyaan yang sering muncul adalah , kenapa anaknya lama perkembanganya , tidak seperti anak lain. Apakah terapisnya kurang kurang pengalaman ya dok? Apakah penanganan anak saya terlambat?

Pertanyaan tersebut seringkali muncul .

Biasanya saya akan mengatakan bahwa anak ibu bukan saja di Diagnosis Autisme , tapi juga Retardasi mental atau yang sekarang lebih dikenal dengan Global Developmental delay . Maka penanganan anak ibu harus lebih ekstra , karena disamping Autisme juga mengalami Retardasi mental, apalagi dengan retardasi mental . Sebaiknya orangtua tahu derajat retardasi mental anaknya.

Saya biasanya menjelaskan kepada orangua pada saat sesion konsultasi, jika orangtua bertanya mengenai perkembangan anaknya. Tapi kebanyakan orangtua tidak siap menerima keadaan sesungguhnya dari anaknya , maka seringkali mereka denila atau menyangkal, untuk itu lebih baik mulai sekarang ayah bunda belajar untuk lebih mengenali ananda lebih jeli dan intensif bertanya pada ahlinya . Ananda seharusnya mendapatkan penanganan yang komprehensif .

 

Training in Self-help, Social and Practical SkillsPelatihan Self-help, Keterampilan Praktis dan Keterampilan Sosial pada anak dengan retardasi mental atau global developmental delay


Normal children learn the skills of daily living such as feeding, dressing, toilet training, and social skills such as playing, mixing, and interacting with others easily, by watching others and with some adult guidance and teaching. Anak normal
mempelajari keterampilan hidup sehari-hari (makan, berpakaian, toilet training, dan keterampilan sosial seperti bermain, dan berinteraksi dengan orang lain) dengan mudah, yaitu dengan  mengamati orang lain dan bimbingan orang dewasa.But children with mental retardation often do not learn these skills on their own. Tapi anak-anak dengan retardasi mental sering tidak mampu mempelajari  keterampilan-keterampilan tersebut.Through systematic efforts and using proper techniques, it is possible to teach and train them in these skills. Melalui upaya sistematis dan menggunakan teknik yang tepat, sangat mungkin untuk mengajar dan melatih mereka melakukannya. Behaviour modification techniques are very useful and Tekhnik dengan modifikasi tingkah laku sangat berguna dan effective in teaching.efektif dalam penatalaksanaan anak-anak dengan retardasi mental, termasuk di antaranya These include::

  • Reinforcement positif dan pemberian reward: Memperhatikan, memuji anak dan memberikan beberapa hadiah seperti permen atau mainan setiap kali anak menunjukkan perilaku yang diinginkan atau berusaha untuk belajar, dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar.
  • Modelling : Menunjukkan anak bagaimana cara melakukan sesuatu dan mendorong anak untuk memulai melakukan hal yang sama merupakan metode yang bagus untuk mengajarkan anak. This is better than just orally telling or instructing the child. Ini lebih baik daripada hanya secara lisan mengatakan atau menginstruksikan anak.
  • Shaping: yaitu mengajarkan bentuk sederhana dari sebuah aktivitas yang rumit, kemudian secara perlahan menaikkan tingkat kesulitannya.
  • Chaining: Sebuah kegiatan, seperti berpakaian, dapat dipecah menjadi beberapa langkah kecil yang berurutan. The child can be taught these skills step-by-step.Anak dapat diajarkan keterampilan ini langkah demi langkah. Very often, back-chaining or teaching the last step first and then going backwards is more effectiveSeringkali, back-chaining atau mengajarkan terlebih dahulu  langkah terakhir dan kemudian  mundur merupakan cara yang lebih efektif.
  • Physical guidance : Jika anak tidak dapat belajar dengan cara modelling, ia dapat diajarkan dengan cara memegang tangan anak dan menunjukkan mereka bagaimana suatu hal dilakukan. After many such repetitions, the physical guidance can be slowly withdrawn so that the child learns to do the task independently. Setelah pengulangan seperti itu, bimbingan secara fisik ini dapat perlahan-lahan ditarik sehingga anak belajar untuk melakukan tugas secara independen


2